Sejarah Desa
31 Januari 2017 19:18:39 WITA
Berdasarkan Lontar Pustaka Raja Dalem Tamblingan, disebutkan bahwa Sejarah Desa Kedis adalah sebagai berikut;
Pada awalnya para leluhur atau Nenek Moyang Desa Kedis tinggal pada suatu tempat yang disebut Yeh Kedis sekarang. Disana bermukim 4 (empat) KK (petang bungkul) dengan 11 (sebelas) jiwa (Prawayah Buana). Setelah beberapa tahun kehidupan mereka disini diganggu (rejeng semut gatel) dan mereka mengadakan musyawarah (pawilangan) dengan Prawayah untuk pindah ke Watu Lumbang dan bertemu dengan Prawayah Mokoh putra dari Prawayah Prodong dan sepakat mereka untuk pindah ke sebelah utara Tukad Yeh Jeha (Sungai Jeha) ke suatu tempat yang bermana Jaka Tebel. Disini mereka berkembang dan sambil menunggu Prawayah-prawayah yang datang dari penjuru Bali. Di daerah ini mereka melaksanakan kegiatan adat istiadat, merencanakan pembangunan Pura Puseh, Pura Segara dan Kahyangan Desa lainnya. Adapun Prawyah-prawayah yang datang ke Jaka Tebel sesuai dengan urutan kedatangan Prawayah/Leluhur masing-masing.
- Prawayah Wayah Sumyarti, Gobleg
- Prawayah Wayah Dateng, Gelgel klungkung
- Prawayah Wayah Lanang Marta, Gelgel Klungkung, Tabanan Tanggun titi, Bantiran.
- Prawyah Wayah Nur, Pulasari Tunju
- Prawayah Wayah Kentung, Wangaya
- Prawayah Wayah Sumyani, Dawan Klungkung
- Prawayah Wayah Prejani, Wangaya
- Prawayah Wayah Kita, Ketewel Gianyar
- Prawayah Wayah Dulu, Klungkung
- Prawayah Wayah Braba, Klungkung, Padang Bulia, Pande Tusan
- Prawayah Wayah Ketes, Sukasada Bubunan
Sesuai hasil Paruman (rapat) pada Caka 1623 dengan dihadiri oleh 40 (empat puluh) KK membicarakan masalah adat istiadat di Jaka Tebel. Setelah Wayah Sumyarti meninggal dunia kekuasaan adat dipegang oleh Wayah Lanang Marta Toh Jiwa.
Oleh karena Negara Indonesia dijajah oleh Pemerintah Belanda dan termasuk Buleleng, pada suatu saat Pemerintah Belanda menaklukkan Daerah Buleleng dan Banjar yang selanjutnya penjajah melaksanakan pendataan adat keseluruh wilayah Buleleng. Pada saat inilah Wayah Lanang Marta Toh Jiwa yang didatangi oleh penjajah Belanda untuk melaksanakan penertiban adat di Jaka Tebel menyatakan bahwa Palemahan atau Wilayah Jaka Tebel dinamakan Desa Kedis pada Tahun Caka 1623 atau tahun 1701 Masehi.
Selanjutnya Pelaksanaan adat istiadat dilaksanakan secara berturut-turut oleh Wayah I Rawuh, I Ketut Tares alias Pan Gumiarni, Pan Sangit berikutnya Pan Seja (1942-1946), I Nengah Merdana (1946-1947), Nengah Telaga (1947-1971) dan I Nengah Menga (1971-1989).
Tahun 1989 terdapat perubahan kepemimpinan antara desa adat dengan desa, dimana desa adat pada saat itu dipimpin antara lain oleh I Wayan Kompyang (1991-1996), Made Nita Sunatra (1996-1998), Jro Gede Ketut Susila (1998-2005), Jro Mk. Ketut Swiditha (2005-2016) dan I Nyoman Astawa (2016-2021). Sedangkan Kepala Desa yang selanjutnya disebut Perbekel berturut-turut dipimpin oleh : I Ketut Sugina (1989-1996), I Gede Robert Pariarta (PJS) 1996-1998, I Nyoman Alit Winangun ( 1998-2007), I Wayan Suwibawa (2007-2013) dan Nengah Suparna,SH.,M.Pd dari tahun 2013 sampai sekarang.
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, pada tahun 2018 dengan rekomendasi Bupati Buleleng Nomor : 140/865/Bid.1/DPMD tentang Pembentukan Banjar Dinas Kangin dan Banjar Dinas Tengah, maka melalui Peraturan Desa Kedis Nomor 6 Tahun 2018 dibentuk Banjar Dinas Kangin dan Banjar Dinas tengah yang merupakan hasil penggabungan bagian yang bersandingan dari Banjar Dinas Kelod dan Banjar Dinas Kaja, sehingga Pemerintahan Desa Kedis yang sebelumnya terdapat dua Banjar Dinas, mulai tanggal 22 Nopember 2018 memiliki empat bagian kewilayahan yaitu : Banjar Dinas Kelod, Banjar Dinas Kaja, Banjar Dinas Tengah dan Banjar dinas Kangin
Layanan Mandiri
Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.
Masukkan NIK dan PIN!
Statistik Kunjungan
Hari ini | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Kemarin | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Jumlah Pengunjung | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |